Minggu, 11 November 2012



SUNGAI BRANTAS


Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terpanjang di Jawa yang terletak di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), Jawa Timur. Panjang sungai utama 320 km dengan daerah aliran seluas ± 12.000km2, atau kurang lebih seperempat luas wilayah propinsi Jawa Timur. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun. Kondisi aliran air Kali Brantas juga terkendala oleh endapan sedimen yang dihasilkan letusan Gunung Kelud (+1.781). Setiap 10 hingga 15 tahun, gunung ini meletus melontarkan abu dan batu piroklastik ke bagian tengah dari DAS Kali Brantas.
Sungai Brantas yang pada awalnya digunakan untuk mengairi areal persawahan sekarang beralih fungsi untuk irigasi dan dikonsumsi untuk air minum warga di daerah sekitarnya, karena pemukiman di daerah pinggiran sungai beberapa tahun belakangan ini semakin meningkat atau padat. Penduduk di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,2 juta orang (1999) atau 43% dari penduduk Jatim dan mempunyai kepadatan rata-rata 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata kepadatan penduduk Jatim. Semakin padatnya pemukiman maka tidak menutup kemungkinan bahwa sungai Brantas telah tercemar, untuk mengetahui kondisi sungai tersebut dapat diidentifikasi dengan beberapa aspek yaitu aspek fisik, aspek biologi dan aspek kimia.
1.        Aspek Fisik
Dilihat dari aspek fisiknya Sungai Brantas mempunyai tingkat kekeruhan yang cukup tinggi. Kercepatan arus yang cepat sekitar 0,5-1 m/s dan kecepatan arus lambat sekitar 0,15-0,5 m/s. Temperaturnya sedang kurang lebih 300 C sehingga memungkinkan untuk hidupnya organisme.

2.       Aspek Biologi
Spesies kerang air tawar yang ada di perairan Sungai Brantas adalah Contradens contradens (Lea, 1838), Elongaria orientalis (Lea, 1840), Rectidens sumatrensis (Dunker, 1852), dan Corbicula lacunae (Djajasasmita, 1977). Terdapat pula berapa jenis ikan yang sekarang sudah hampir punah dan fitoplankton juga ada. Sekitar sungai atau di pinggiran terdapat pohon-pohon rindang yang saat ini keberadaanya juga hampir punah karena banyaknya pemukiman.

3.       Aspek Kimia
Sungai brantas dilihat dari aspek fisiknya menunjukan adanya pencemaran, dilihat dari aspek kimia yang diperoleh dari beberapa sumber yang telah melakukan penelitian  kadar DO berkisar antara 3,8-12,5 mgO2 , juga mengandung orthofosfat,amonia, silikat yang relatif rendah. pH air masih normal berkisar antara 7-9.

4.       Penggunaan Sungai Brantas

 Dari aspek sosiokultur, Sungai Brantas mempunyai fungsi dan arti penting yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai tersebut dan masyarakat Jawa Timur secara tidak langsung. Warga sekitar sungai sering memanfaatkan untuk pangairan sawah atau irigasi, dikonsumsi atau untuk minum dan memasak serta digunakan juga untuk mencuci. Sungai Brantas juga dimanfaatkan untuk mencari bahan makanan seperti memancing ikan sehingga keberadaanya sangat menbantu warga . Sedangkan dari aspek ekologi, perairan Sungai Brantas merupakan tempat hidup atau habitat bagi berbagai jenis organisme perairan tawar mulai dari organisme berukuran makro hingga mikro baik hewan vertebrata maupun invertebrata yang hidup sebagai plankton, nekton, dan benthos (Handayani dkk., 2001; Arisandi, 2008).








  
      



      5. Perkiraan 10-20 tahun ke depan keadaan Sungai Brantas
Dari beberapa sumber yang telah melakukan penelitian ditemukan, sumber-sumber pencemaran air Sungai Brantas antara lain berasal dari limbah industri, limbah domestik dan air buangan dari saluran irigasi dan drainasi. Pada DAS Brantas bagian hulu sumber pencemaran yang utama berasal dari limbah domestik (rumah tangga dan pertanian/alami). Masukan bahan organik ke dalam perairan mempunyai akibat yang sangat komplek, tidak hanya deoksigenasi dalam air, tetapi dapat terjadi penambahan padatan tersuspensi, bahan beracun seperti amonia, sulfida atau cyanida serta pengaruh terhadap komposisi dan kelimpahan komunitas biologi dalam hal ini adalah makrobentos.
Jika keadaan Sungai ini tidak diperbaiki atau ditangani maka beberapa tahun ke depan  sungai ini tidak layak untuk dikonsumsi lagi dan jika padatnya pemukiman di sekitar sungai tidak bisa dikendalikan maka luas wilayah sungai akan berkurang atau menjadi sempit dan volume airnya juga akan berkurang karena semakin banyaknya bangunan  otomatis akan mengurangi tumbuhan yang ada disekitar sungai yang berfungsi untuk meyerap air, pada musim penghujan akan terjadi banjir dan pada musim kemarau akan terjadi kekeringan.


    







Peta aliaran Sungai Brantas















Sumber :
http://student-research.umm.ac.id/index.php/dept_of_civil_engineering/article/view/1506
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11992/C09dwu.pdf